BERPIKIR MENULIS ILMIAH

MAKALAH

Perkembangan Sistem Pendidikan di Era Globalisasi Terhadap

Masyarakat Multikultur di Indonesia

Dosen : Martua Sihaloho

Asisten : Rizal Razak

Disusun  Oleh:

YUNITA PURBO ASTUTI

NRP.I34070024

DEPARTEMEN KOMUNIKASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

_______________________________________________________

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

“Kemajuan pendidikan suatu bangsa merupakan salah satu dasar dari perkembangan demokrasi, yang mana masyarakatnya diakui hak-hak asasinya” berdasar pernyataan (Sukamdani, 2005). Tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alenia empat mengemukakan tujuan utama kemerdekaan ialah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini diwujudkan dengan membangun masyarakatnya yang berbasis ilmu pengetahuan. Artinya, masyarakat dituntut untuk meningkatkan kemampuan analitisnya dalam berpikir rasional dan juga empiris sehingga melepas pandangan tradisional yang mengungkungnya. (Tilaar, 2004) memaparkan “Masyarakat tradisional bersifat stagnasi yang tidak mampu mengadopsi inovasi secara cepat seiring perkembangan di luar secara tidak langsung akan merasa terasing dari perkembangan jaman yang telah berlangsung di luar sana.” Masyarakat yang demikian disebut sebagai masyarakat yang masih takut mengambil resiko. Bertolak dari pandangan tersebut, masyarakat modern di era globalisasi ini merupakan masyarakat yang berani menanggung resiko meskipun resiko tersebut mengancam kelangsungan hidupnya di masa depan nantiya. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Tilaar, 2004) “Transforrmasi dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern antara lain didukung oleh adanya perkembangan ilmu dan tekologi.” Perkembangan ilmu pengetahuan yang menyebabkan penerapan teknologi di dalam pengembangan industri pada abad ke 18. Ilmu pengetahuan juga telah menyebabkan tuntutan terhadap pendidikan rakyat yang berwujud wajib belajar di beberapa negara di mulai pada abad ke-19. Globalisasi secara radikal tidak langsung telah mengubah pola kehidupan manusia. Dari sini dapat dinyatakan pula globalisasi mendukung adanya revolusi terhadap berbagai sektor kehidupan manusia di muka bumi ini. Hal ini secara umum dirasakan oleh negara–negara di dunia khususnya lebih berpengaruh terhadap negara-negara berkembang di mana masyarakatnya masih cenderung tradisional, misalnya Indonesia.

Bangsa Indonesia yang pluralistik tidak terlepas dari kehidupan bersama masyarakatnya yang tergolong multikultural. Adanya masyarakat dengan berbagai

budaya ini tentu dipersiapkan dengan pendidikan yang multikultur pula agar nantinya tidak shock menghadapi perubahan akibat dari arus globalisasi saat ini.

1.2 Rumusan masalah

Dalam penulisan makalah ini dapat dirumuskan beberapa permsalahan yang akan dikaji lebih lanjut yaitu mengenai:

  1. Bagaimana perkembangan sistem pendidikan di Indonesia selama ini yang masyarakatnya tergolong multikultur?
  2. Mengapa perkembangan IPTEK  belum terserap secara merata di beberapa daerah di Indonesia?
  3. Bagaimana strategi kebijakan pendidikan yang tepat untuk diterapkan di Indonesia dalam menghadapi era globalisasi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, sebagai berikut:

3        Mengetahui sejauh mana perkembangan sistem pendidikan pada masyarakat tradisional Indonesia yang multikultur dan berbasis otonomi daerah.

4        Mempelajari latar belakang ketidakmerataan daya serap perkembangan IPTEK terhadap masyarakat di beberapa daerah di Indonesia

5        Mengetahui strategi kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan untuk  menghadapi arus globalisasi di abad ke-21 ini.

1.4 Manfaat

Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penulisan makalah ini ditujukan agar masyarakat Indonesia lebih memahami arti pentingnya pendidikan di era globalisasi ini, dimana pendidikan sudah menjadi kebutuhan pokok (basic need) dalam kehidupan masyarakat.

Mencari upaya yang tepat dalam penanganan masalah pendidikan yang selama ini dialami masyarakat Indonesia sehingga masyarakat di beberapa daerah di Indonesia lebih mampu dalam memahami, menganalisis, serta mengaplikasikan perkembangan IPTEK demi terwujudnya cit-cita bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB II   PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Sistem Pendidikan

Kebijakan pendidikan yang diterapkan di Indonesia selama ini mengalami perubahan seiring pergantian pemerintahan yang terjadi. Kondisi ini  sangat terasa di masa pemerintahan rezim Orde Baru. Pada tahun 1959 sampai tahun 1998 secara kasat mata, pendidikan menjadi ajang politik kepentingan kelompok-kelompok tertentu yang menginginkan eksistensinya dalam pemerintahan yang sedang dijalankanya, bukan bertumpu pada kepentingan bangsa. Terasa dalam periode ini segenap aspek kehidupan di dominasi oleh elit politik yang berkuasa meskipun peningkatan pembangunan di berbagai sektor telah terlena dirasakan pada masa itu. Namun pembobrokan mental juga tidak dapat kita elakan dengan bukti merajalelanya kasus-kasus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang dampaknya masih kita rasakan hingga saat ini. Pada masa pemerintahan Orde Baru, pendidikan di Indonesia mengalami perkembangn pesat dimulai pada tahun 1984, Indonesia telah berhasil mencanangkan program wajib belajar enam tahun. Keberhasilan ini mendapatkan penghargaan Aviccena dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organisation). Kemudian program ini dilanjutkan dan ditingkatkan kembali yaitu pada tahun 1994 yaitu adanya gerakan wajib belajar sembilan tahun. Program ini ditujukan pula untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pendidikan.1

Kurikulum pendidikan silih berganti seiring pergantian pemerintahan dan sampailah pada kurikulum yang sekarang sedang diterapkan yaitu kurikulum KBK. Sistem ini mengedepankan kepentingan peserta didik dan tidak hanya menyuapi mereka dengan ilmu yang dimiliki oleh para pendidik. Jadi, pendidik (guru) hanya sebagai fasilitator yang mendukung kompetensi peserta didiknya. Salah satu ciri dari sistem KBK (Kurikulum  Berbasis Kompetensi) ialah berorientasi pada tujuan yang dirumuskan dalam sistem Pendidikan Nasional yang terdapat pada UU No. 20 tahun 2003 tentang mewujudkan visi pendidikan di Indonesia dalam mempersiapkan manusianya yang mandiri di masa depan.

1 Fuad Hasan. 1995. Dimensi Budaya dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

2.2 Ketidakmerataan Perkembangan IPTEK

Terdapatnya daerah yang belum siap menerima desentralisasi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut belum memadai, baik dari segi kulaitas juga segi kuantitasnya.Berdasar penjelasan Tilaar “Masyarakat belum mampu memahami, menganalisis, dan mengaplikasikan perkembangan IPTEK yang masuk ke daerahnya melalui konsep desentralisasi pendidikan”.2 Hal ini dipandang dari segi kualitasnya yang dapat dikatakan masih rendah. Sedangkan kuantitasnya diketahui bahwa jumlah dari tenaga ahli seperti megister terbatas bahkan tidak ada sama sekali, sehingga tidak mencukupi dalam memberikan pengarahan pada masyarakatnya yang tergolong tingkat pengetahuannya masih rendah.

Sarana dan prasarana belum tersedia secara cukup dan memadai, karena anggaran pendapatan asli daerah (PAD) rendah tidak mampu membiayai pembangunan khususnya bidang pendidikan. Hal ini disebabkan ketersediaan dana berbeda-beda di setiap daerah. Seperti yang telah dijelaskan oleh Tilaar berikut ini:

“Adapula daerah yang masih dropping, dimana masih asyik dan terlena dengan bantuan dari pemerntah pusat. Bila daerah seperti demikian langsung dengan tegas menerapkan sistem desentralisasi yang mengedepankan kemandirian dalam mengelola daerahnya, maka akan terjadi future shock, kecuali pemerintah secara lambat laun membatasi bantuan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan kebijakan desentralisasi pendidikan di daerah tersebut”.3

Di lain pihak, solusi yang memungkinkan untuk ditempuh ialah bekerja sama dengan daerah lain yang pendapatan asli daeranya lebih besar sehingga dapat dilakukan subsidi silang antar daerah yang berbeda PAD-nya. Sehingga daerah tersebut mampu membiayai pembangunan khususnya di bidang pendidikannya.

²      R.A.H.Tilaar, 1987, Futurisme dan Pengambilan Kebijakan Pendidikan Menyongsong Abad      ke-21, Jakarta: PT. Grasindo, hal. 13.

3         R.A.H.Tilaar, 2004, Multikulturalisme Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional, Jakarta: PT. Grasindo. hal. 25.

Aspek psikologis di sini juga berperan langsung pada berhasil tidaknya program desentralisasi pendidikan di daerah otonom yang berbeda-beda. Mental yang belum siap menghadapi perubahan ini memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menangkap dan menerapkan desentralisasi pendidikan di  daerahnya. Adanya rasa gamang atau takut terhadap upaya pembaruan juga menjadi faktor penghambat perkembangan dan pemerataan IPTEK di beberapa daerah otonom di Indonesia. Misalnya, dengan pembaruan kurikulum pendidikan akan menyebabkan pihak pendidik kualahan menghadapinya, karena mereka akan mengadakan uji coba mekanismenya serta melakukan sosilaisasi terhadap kurikulum tersebut yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar agar bisa diterapkan secara maksimal.

Tilaar memaparkan bahwa ”…adanya berbagai macam bentuk respon budaya lokal terhadap globalisasi sebagai strategi identifikasi diri dan pemeliharaan diri komunitas loka”.4

2.3 Strategi Pendidikan Nasional

(Chan dan Sam, 2004) menyatakan”Bangsa yang besar ialah bangsa yang terdidik oleh bangsa itu sendiri”.Artinya, siapa lagi yang lebih memahami bangsa tersebut, selain bangsa itu sendiri yang mengerti latar belakang sumber daya yang dimilikinya meliputi masyarakat dan budaya yang ada di dalamnya.

Keefektifan sistem pendidikan di tentukan oleh berbagai faktor baik manusianya maupun lingkungannya yang dikelola dengan manajemen pendidikan yang baik dan berkualitas.

Sesuai dengan penyataan (Oiver,1996 dalam Syafrudin, 2002)”Semua perubahan pendidikan memerlukan partisipasi lingkungan, guru bekerja satu sama lain dengan para pelajarnya.” Jadi, diperlukan kebijakan khusus untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berilmu dan tidak ”gaptek” lagi dengan perkembangan IPTEK yang menjadi trend di abad 21 ini.

Berdasar TAP MPR No. 7 tahun 2001 dijelaskan bahwa visi masa depan Indonesia di abad ke-21 mencakup dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu membangun masyarakat yang demokratis dan membangun manusia Indonesia yang cerdas dan bermoral. Perwujudan dari cita-cita tersebut didukung oleh pengakuan terhadap eksistensi masyarakat Indonesia beserta budayanya yang tegolong pluralistik dengan kehidupan multikulturalistik di dalamnya.

Pengakuan otonomi daerah yang disahkan pada tahun 1999. Dimana di dalamnya diatur mengenai pengelolaan daerahnya sendiri sesuai sumber daya yang dimiliki.  Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan mengadopsi kebijakan pendidikan multikultur yang telah diterapan di beberapa negara lain sebelumnya, seperti di apa yang terjadi di Afrika Selatan dengan politik segregasinya yang mengasingkan kelompok kulit putih dengan hak-hak istimewanya termasuk hak mendapatkan pendidikan. Hal ini dapat dijadikan percontohan untuk dikoreksi lebih lanjut, apakah kebijakannya cocok diterapkan di Indonesia atau tidak. Apabila sesuai maka bangsa Indonesia dapat mengadopsi inovasi tersebut demi peningkatan kualitas SDM di Indonesia

BAB IV   KESIMPULAN

Sistem pendidikan di Indonesia menjadi persoalan kompleks yang memerlukan penanganan serius dari pemerintah. Semakin banyaknya tunas bangsa yang putus sekolah dilatarbelakangi oleh keterbatasan kemampuan intelektual maupun kemampuan materi.

Kebijakan pendidikan yang diterapkan pemerintah hendaknya memperhatikan tiga factor uatama. Pertama, Sumber Daya Manusia, meliputi tenaga pendidik dan peserta didik. Peningkatan kualitas SDM sudah mulai diterapkan pemerintah. Upaya konkret yang ditempuh pemerintah berupa penggalakan wajib belajar sembilan tahun dan peningkatan kesejahteraan para pendidik dengan cara menaikan gaji PNS dan mengangkat guru Bantu menjadi PNS. Kedua, lingkungan yang memberikan pengaruh penting, yaitu masalah pendanaan. Keterbatasan  dana pendidikan yaitu hanya,  sebesar 9,7 persen ternyata tidak sesuai dengan anggaran yang seharusnyadialokasikan khusus di bidang pendidikan sebesar 20 persen dari APBN. Berarti dari sani diketahui bahwa pemerintah belum menerapkan sepenuhnya pasal 31 UUD 1945. Ketiga, manajemen pendidikan yang diterapkan . Kebijakan pendidikan yang diterapkan hendaknya memperhatikan kondisi demografi Indonesia.  Kondisi Indonesia dengan masyarakatnya yang multikultur membutuhkan penanganan khusus. Setelah diterapkan sistem otonomi daerah di Indonesia ternyata beberapa daerah ada yang sudah mampu mengatur dan mengelola daerahnya sendiri dalam hal melaksanakan pembangunan pendidikan. Namun, bagi daerah yang secara nyata belum mampu melaksanakan otonomi darah secara menyeluruh di berbagai aspek kehidupan, mereka semakin terpuruk dengan kualitas pendidikan yang rendah.

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIK ISMAIL DENGAN METODE 3M-3P

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI APRESIASI PUISI

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIK ISMAIL DENGAN METODE 3M-3P

Diusulkan Oleh:

Turasih                               I34070004 (2007)

Anies Wahyu N                  I34070020 (2007)

Yunita Purbo A                 I34070024 (2007)

Bidang :

PKM-GT

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


HALAMAN PENGESAHAN

  1. 1.   Judul Kegiatan                     :     PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI APRESIASI PUISI MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIK ISMAIL DENGAN METODE 3M-3P

  1. 2.   Bidang Kegiatan                  :     ( ) PKMP-AI         (√) PKM-GT

3.   Pelaksana Kegiatan

  1. a. Nama Lengkap                 :      Turasih
  2. b. NIM                                 :      I34070004
  3. c. Departemen                      :      Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
  4. d. Institut                             :      Institut Pertanian Bogor
  5. e. Alamat Rumah/HP           :      Desa Pagentan RT 03 RW 03 Kecamatan Pagentan Banjarnegara JawaTengah 53455
  6. f. Alamat e-mail                   :     turasih@yahoo.co.id
  7. 4.   Anggota Pelaksana              :     2 orang
  8. Dosen Pendamping
  9. a. Nama Lengkap dan Gelar      :  Megawati Simanjuntak, SP
  10. b. NIP                                  :     132 311 727
  11. c. Alamat Rumah/HP           :     Jalan Anggrek Blok C No. 31 Komplek IPB Sinarsari Dramaga Bogor/081310870695

Bogor, 3 April 2009

Menyetujui

Ketua Departemen Sains Komunikasi               Ketua Pelaksana Kegiatan

dan Pengembangan Masyarakat

  1. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS                        Turasih
  2. NIP. 131 284 865                                              NIM. I34070004

Wakil Rektor Bidang Akademik dan                Dosen Pembimbing

Kemahasiswaan,

  1. Prof. Dr.Ir. Yonny Koesmaryono, MS              Megawati Simanjuntak, SP
  2. NIP. 131 473 999                                              NIP. 132 311 727


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan ini tanpa halangan yang berarti.

Penulisan yang berjudul Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Apresiasi Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufik Ismail dengan Metode 3M-3P ditulis dalam rangka mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2009.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Megawati Simanjuntak, S. P selaku dosen pembimbing kami, yang dengan sabar dan teliti menggali, membimbing, dan membina tanpa lelah atas terselesaikannya penulisan ini serta berbagai pihak yang turut memberi dukungan baik moral maupun spiritual.

Penulis berharap, mudah-mudahan penulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi penulis sendiri. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam tulisan ini. Untuk itu, berbagai kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya penulisan ini sangat diharapkan.

Bogor, 3 April 2009

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN.. i

KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI. iii

DAFTAR LAMPIRAN.. iv

RINGKASAN.. v

PENDAHULUAN.. 1

Latar Belakang Masalah. 1

Perumusan Masalah. 2

Tujuan. 2

Manfaat 2

TINJAUAN PUSTAKA.. 3

Bahasa Indonesia. 3

Apresiasi Puisi 4

METODE PENULISAN.. 6

Prosedur Pengumpulan Data. 6

Pengolahan Data. 6

Teknik Analisis. 6

ANALISIS DAN SINTESIS. 7

KESIMPULAN DAN SARAN.. 14

Kesimpulan. 14

Saran. 14

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Daftar Riwayat Hidup
  2. Daftar Judul Puisi Dalam Buku Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufik Ismail


RINGKASAN

Pengajaran bahasa Indonesia yang cenderung monoton dan dianggap kurang menarik oleh siswa. Kondisi ini memerlukan pembenahan untuk mengubah paradigma yang sudah melekat di benak siswa sampai saat ini. Hal yang  melatarbelakanginya ialah para petinggi pendidikan hanya berfokus pada ketercapaian tujuan dari kurikulum yang sedang diterapkan, mulai krikulum 1994, KBK , dan terakhir KTSP hingga saaat ini. Adanya tuntutan pada setiap sekolah untuk mengejar target kelulusan siswanya pada bidang studi Bahasa Indonesia membuat proses pembelajaran Bahasa Indonesia hanya menyentuh kulit luarnya saja, kurang mengkaji lebih dalam apalagi menghayati untuk diterapkan di kehidupan nyata para siswanya. Melalui pembelajaran bidang studi Bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu menikmati dan  memanfaatkan  karya  sastra puisi untuk  mengembangkan  kepribadian, memperluas  wawasan  kehidupan,  serta  meningkatkan  pengetahuan  dan keterampilan  berbahasa,  juga  diharapkan  siswa  dapat  menghargai  dan membanggakan  sastra  Indonesia  sebagai  khazanah  budaya  dan  intelektual manusia Indonesia. Khususnya di bidang karya sastra puisi yang masih kurang diminati oleh siswa.

Menanggapi fenomena ini dituliskan sebuah gagasan menggunakan metode studi pustaka dilanjutkan dengan pengolahan data berupa analisis masalah tentang puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik kualitatif. Kemudian ditawarkan sebuah metode pembelajaran bahasa Indonesia bernama 3M-3P. Metode tersebut kepanjangan dari Membaca, Mengapresiasi, Menulis-Pilih, Parafrase, Praktek. Metode 3M-3P berkonsentrasi pada pembahasan kumpulan puisi karya Taufik Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia sebagai penunjang buku ajar bahasa Indonesia. Mengkaji puisi melalui metode ini diawali dengan proses membaca, untuk mengetahui isi secara keseluruhan puisi tersebut. Dilanjutkan dengan mengapresiasi yaitu  menerka intisari yang ingin disampaikan pengarangnya, kemudian memvisualkan penafsiran dari puisi tersebut dalam bentuk tulisan sekaligus hal ini dapat dijadikan sebagai media publikasi ide kreatif siswa dalam bentuk puisi. Di sisi lain untuk memantapkan kajian puisi sesuai bidang masing-masing siswa, diharapkan siswa mampu memilih jenis puisi yang tepat untuk dikaji lebih mendalam, dimengerti , dan ujungnya siswa mampu merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam puisi tersebut dalam kehidupan nyata.

Beberapa hal yang disarankan untuk mendukung pelaksanaan metode 3M-3P dalam pembelajaran bahasa Indonesia antara lain: Proses pembelajaran bahasa Indonesia diawali dengan membaca puisi kemudian ditelaah nilai-nilai yang terkandung dalamnya; menyediakan buku tambahan di luar buku ajar bahasa Indonesia yaitu buku kumpulan puisi malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail; mencanangkan “Hari Puisi” sebulan sekali dalam Proses Belajar Mengajar di sekolah; menumbuhkan kesadaran siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan metode 3M-3P. Sasaran metode pembelajaran ini ditujukan pada siswa SMA yang labil akan perkembangan zaman sekaligus sebagai generasi muda yang harus mengemban amanah melestarikan budaya bangsa sebagai identitas bangsa di mata dunia.

Kata kunci: Bahasa Indonesia, Metode Pembelajaran 3M-3P,  Puisi.


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Arus globalisasi dan keterbukaan serta kemajuan dunia informasi dan komunikasi menjadi tantangan bagi perkembangan generasi muda. Selektivitas terhadap budaya asing sangat diperlukan dan sangat penting demi keberlanjutan bangsa. Masalahnya, di era globalisasi sekarang, ketertarikan generasi muda terhadap karya sastra anak bangsa yang menjadi kekayaan bangsa sendiri sudah mulai memudar dan mulai ditinggalkan. Padahal kepribadian bangsa yang menunjukkan jati diri bangsa Indonesia salah satunya terletak pada karya-karya anak bangsa.

Jati diri bahasa Indonesia memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana, tata bahasanya mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit. Kesederhanaan dan ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa asing ketika mempelajari bahasa Indonesia. Setiap bangsa asing yang mempelajari bahasa Indonesia dapat menguasai dalam waktu yang cukup singkat. Bahasa Indonesia telah membuktikan diri dapat dipergunakan untuk menyampaikan pikiran-pikiran yang rumit dalam ilmu pengetahuan dengan jernih, jelas, teratur, dan tepat. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di tengah-tengah pergaulan antarbangsa pada era globalisasi ini. Bahasa Indonesia merupakan salah satu unsur dari kebudayaan sekaligus sebagai alat mengkomunikasikan unsur-unsur kebudayaan (Anas, 2000).

Puisi adalah suatu bentuk seni yang menggunakan kekuatan dan keindahan bahasa dan mengandalkan kualitasnya untuk menciptakan interpretasi yang beragam bagi tiap orang. Puisi adalah salah satu karya sastra tertua dalam sejarah manusia. Syair-syair mitologi Yunani, kitab-kitab kebijaksanaan Tao dan Konfusius, atau tradisi sastra lokal seperti pantun, gurindam, seloka, dan sebagainya, semuanya disajikan dalam syair-syair yang indah. Dalam kata-kata puisi terekam peristiwa-peristiwa yang mengilhami penyairnya sehingga kita dapat ikut melihat isi pikiran penyair dan merasakan apa yang ia alami. Melalui puisi kita dapat melacak sejarah hidup seorang penyair bahkan sejarah suatu bangsa. Pembelajaran puisi dapat dilakukan dengan berbagai metode apresiasi, namun yang dirasakan sampai saat ini masih belum berhasil menanamkan kecintaan siswa terhadap jenis karya sastra ini. Untuk itu perlu dicari alternatif metode pembelajaran baru yang lebih diharapkan akan lebih meningkatkan kemampuan siswa khususnya siswa SMA dalam mengapresiasi puisi dalam pelajaran bahasa Indonesia.

Perumusan Masalah

  1. Bagaimana penerapan metode 3M-3P dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kreativitas dan menambah perbendaharaan kosakata bagi pelajar SMA?
  2. Nilai apa saja yang terkandung dalam puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail untuk meningkatkan kecintaan siswa terhadap Bahasa Indonesia bagi pelajar SMA?

Tujuan

Mengkaji alternatif metode pembelajaran Bahasa Indonesia melalui apresiasi puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail dengan metode 3M-3P untuk meningkatkan kecintaan siswa terhadap Bahasa Indonesia.

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari karya tulis ini bagi pihak pemerintah adalah sebagai bahan pertimbangan pelestarian dan edukasi kebudayaan lokal. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan intelektual dan emosional siswa SMA dalam pengembangan minat dan bakat. Bagi masyarakat dapat menjadi gambaran harapan mengenai pentingnya karya sastra khususnya puisi sebagai penguat identitas bahasa Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu, bahasa tersebut diangkat menjadi bahasa persatuan karena sudah lama menjadi lingua franca di Asia Tenggara. Jika dilihat dari kurun waktu yang telah dilaluinya hingga saat ini, Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan telah berusia 81 tahun dan sebagai bahasa negara berusia 64 tahun. Bahasa Indonesia menanggung beban yang berat karena dituntut untuk tetap menjadi sarana komunikasi yang mantap dalam berbagai bidang kehidupan. (Alwi, 1998) menambahkan bahwa pada dasarnya peran atau fungsi Bahasa Indonesia dari waktu ke waktu boleh dikatakan tidak mengalami perubahan. Artinya rincian Bahasa Indonesia boleh dikatakan berlaku sepanjang masa selama Bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Perkembangan Bahasa Indonesia dari sisi tuntutan gejolak keperluan zaman sangat dipengaruhi oleh lingkungan perkembangan masyarakat, politik, ekonomi, sosial, budaya, serta kemajuan ilmu dan teknologi yang berlangsung di sekelilingnya.

Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat menentukan dalam perkembangan kehidupan bangsa Indonesia. Dalam masa perjuangan kemerdekaan, bahasa Indonesia telah berhasil membangkitkan dan menggalang semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam “mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan”, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Kenyataan sejarah itu berarti itu berarti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan telah berfungsi secara efektif sebagai alat komunikasi antarsuku, antardaerah, dan bahkan antarbudaya. Dalam peranannya tersebut, bahasa Indonesia tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi dalam penyelenggaraan kehidupan negara dan pemerintahan, tetapi juga sebagai bahasa pengantar pada semua jenis dan jenjang pendidikan, sebagai sarana pemanfaatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagai sarana pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional (Alwi, 1998).

Apresiasi Puisi

Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang berarti “membuat” atau poeisis yang berarti “pembuatan”. Dalam bahasa Inggris disebut dengan poem atau poetry. Puisi berarti pembuatan, karena dengan menulis puisi berarti telah menciptakan sebuah dunia. Di dalam puisi biasanya juga mengandung beberapa unsur ekstrinsik berikut (1) aspek pendidikan, (2) aspek sosial budaya, (3) aspek sosial masyarakat, (4) aspek politik, (5) aspek ekonomi, (6) aspek adat; dan seterusnya.

Menurut Hudson dalam Kasnadi dan Sutedjo (2008), puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai medium penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Dengan demikian, sebenarnya, puisi merupakan ungkapan batin dan pikiran penyair dalam menciptakan sebuah dunia berdasarkan pengalaman batin yang digelutinya. Di lain sisi, Herman J Waluyo (1991) dalam Kasnadi dan Sutedjo (2008) mengungkapkan bahwa hakikat puisi adalah sebuah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengosentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

Berdasar kedua pengertian tersebut, maka pengertian puisi menyiratkan beberapa hal penting yaitu:

  1. Puisi merupakan ungkapan pemikiran, gagasan ide, dan ekspresi penyairnya.
  2. Bahasa puisi bersifat konotatif, simbolis, dan lambing karena itu penuh dengan imajinasi, metafora, kias, dengan bahasa figuratif yang estetis.
  3. Penyusunan larik-larik puisi memanfaatkan pertimbangan bunyi dan rima semaksimalnya.
  4. Dalam penyusunan puisi terjadi pemadatan kata dengan berbagai bentuk kekuatan bahasa yang ada.
  5. Sedang unsur pembangunan puisi yang mencakup unsur batin dan lahir puisi membangun kekuatan yang padu.

Berhubungan dengan  puisi, menurut Effendi (1970) apresiasi puisi adalah suatu proses memekanya kekritisan dan perasaan seseorang karena banyak bergaul dengan dunia puisi. Kepekaan atau sensitivitas yang tercapai akan melahirkan cita rasa atau feeling, suatu kemampuan yang kongkrit sebagai perilaku mengerti dan menghargai kehidupan puisi dengan penuh kesadaran dan perasaan mulia: orang itu senang dan sering membaca puisi, membicarakan puisi, suka mengatakan puisi ini menarik dan itu tidak menarik, menghadiri pembacaan puisi, senang menerima pendapat orang lain dengan kritis dan rendah hati, dan berbagai perilaku konkret lainnya.


METODE PENULISAN

Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui telaah pustaka. Pengumpulan data dalam penulisan ini adalah studi kepustakaan dengan cara mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi sumber bacaan, buku-buku referensi baik dari jurnal maupun media elektronik.

Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan analisis terhadap masalah yang dikaji berdasarkan data dan fakta yang ada serta solusi masalahnya. Penyusunan dilakukan dengan komprehensif, runtut, dan tajam.

Teknik Analisis

Setelah data terkumpul dengan teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan, secara umum analisis itu dapat dilakukan dengan cara analisis kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan pengecekkan data kemudian melakukan uraian dan penafsiran.


ANALISIS DAN SINTESIS

Analisis

Sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan, bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting. Oleh sebab itu posisinya  di dunia pendidikan juga menjadi utama. Di berbagai jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai tingkat menengah, bahasa Indonesia merupakan sebuah mata pelajaran wajib bagi siswa-siswanya. Demikian pula di perguruan tinggi dijadikan sebagai mata kuliah dasar umum. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya bahasa Indonesia sehingga perlu dipelajari mulai dari tingkat dasar, menengah hingga tinggi. Namun faktanya, pengajaran bahasa  Indonesia di berbagai  jenjang tersebut sebenarnya mempunyai kecenderungan yang sama dalam  hal materi yang diajarkan. Di sekolah dasar, siswa diajari tentang tata bahasa, kalimat, mengarang, puisi, dan sebagainya. Pada waktu mereka meneruskan pendidikan  ke tingkat  menengah pertama dan menengah atas bahkan perguruan tinggi materi yang diajarkan pun sebenarnya “itu-itu saja”. Hanya saja, bahasa penyampaiannya jauh lebih sulit dibandingkan ketika diajarkan di tingkat dasar. Apalagi jika siswa belajar mengenai sastra, metode hanya diarahkan untuk menghafal nama-nama sastrawan dan periode perkembangannya tanpa praktek di kehidupan nyata untuk mengapresiasi.

Persoalan yang timbul adalah kesamaan materi yang diajarkan serta metode yang menyebabkan kebosanan dan keengganan untuk belajar bahasa Indonesia dengan baik. Padahal, mengingat kepentingan bahasa sebagai identitas bangsa sebenarnya sangat berkaitan dengan keberlangsungan suatu negara. Mengingat target pengajaran bahasa Indonesia adalah siswa yang dapat disebut sebagai generasi muda, maka metode pengajarannya pun harus diciptakan supaya kondusif  dan menarik sehingga mereka dapat menikmati dan mudah menyerap materi yang disampaikan. Berdasarkan kajian pusat bahasa, banyak pengamat yang menilai bahwa pengajaran sastra di sekolah selama ini masih monoton, tidak menarik, bahkan membosankan. Siswa selama ini kurang diajak untuk lebih mendalami nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra seperti puisi yang merupakan karya sastra tertua dalam sejarah. Di sisi lain banyak pelajaran yang bisa diambil dari nilai-nilai yang terkandung dalam puisi sebagai pijakan tingkah laku. Jika substansi puisi tersebut bisa diserap maknanya, hal ini akan mendukung peningkatan kecerdasan emosional.

  1. Selanjutnya,  standar  kompetensi  untuk  setiap  tingkat  dijabarkan dalam subaspek mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Ironisnya, siswa  belum  diajak  untuk  mengapresiasi teks-teks  sastra  yang  sesungguhnya. Sekedar  menghafalkan nama-nama sastrawan berikut  hasil karyanya. Dengan kata  lain,  pengajaran  sastra  yang  diajarkan  barulah  kulit  luarnya  saja sehingga peserta didik gagal menikmati  lezatnya isi dan aroma kandungan nilai  dalam karya sastra. Kondisi  pengajaran sastra yang semacam ini  tidak saja  memprihatinkan,  tetapi  juga  menjadi  kurang  menarik   dan  kurang mencerdaskan emosional dan spiritual siswa. Ada anggapan yang mengatakan bahwa kurikulum dan buku pelajaran sastra di sekolah cukup baik, tetapi keterbatasan waktu, ruang dan lingkup belajar  serta  minat  pengajar,  sering  menjadi  kendala  serius  yang menimbulkan  kesan  seperti  yang  diprihatinkan  oleh  penyair  Taufik  Ismail.

Keluhan tentang kurangnya jam pelajaran sastra Indonesia sudah tidak asing  lagi  di  telinga  kita,  khususnya  para  pencinta  dan  pemerhati  sastra. Selain  itu,  ada  juga  yang  mengatakan  bahwa porsi  pelajaran  sastra tidak sebanding  dengan  pelajaran  bahasa.  Artinya,  porsi  pelajaran  sastra hanya sedikit  dibandingkan  dengan  pelajaran  bahasa.  Akibatnya,  siswa  menjadi kurang  mengenal  karya  sastra  Indonesia.  Mereka (siswa)  juga  kurang memahami  bagaimana  mengapresiasi   puisi,  cerpen,  dan  drama.  Siswa  pun menjadi rabun sastra dan kurang tertarik terhadap bahasa Indonesia. Padahal jika boleh dikatakan, puisi merupakan sebuah karya sastra yang menjadi ruh bahasa Indonesia. Keindahan bahasa Indonesia bisa dinikmati melalui puisi.

Untuk  pengajaran  sastra  di  sekolah  menengah  atas  digunakan kurikulum  Berbasis  Kompetensi  yang  mulai  digunakan  pada  tahun  ajaran 2004/2005. Tujuan pembelajaran sastra di sekolah menengah umum (SMU) dan madrasah aliyah (MA) adalah selain siswa diharapkan mampu menikmati dan  memanfaatkan  karya  sastra puisi untuk  mengembangkan  kepribadian, memperluas  wawasan  kehidupan,  serta  meningkatkan  pengetahuan  dan keterampilan  berbahasa,  juga  diharapkan  siswa  dapat  menghargai  dan membanggakan  sastra  Indonesia  sebagai  khazanah  budaya  dan  intelektual manusia Indonesia.

Sintesis

Kurikulum pendidikan yang dicanangkan oleh Dinas Pendidikan Nasional untuk jangka waktu lima tahun terakhir adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Saat kurikulum tersebut dijalankan, metode pengajaran yang ditawarkan adalah partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar, termasuk pelajaran bahasa Indonesia. Namun kenyataannya, program tersebut masih kurang berhasil. Hal ini disebabkan, baik siswa maupun guru masih terbiasa dengan kurikulum 1994 dimana keberhasilan siswa diukur dari keberhasilan guru dalam mengajar serta tingginya hasil ujian yang diperoleh. Hal tersebut bertolak belakang dengan tujuan KBK yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1994. Memang di beberapa sekolah yang ditunjang dengan fasilitas serta teknologi yang lengkap kurikulum tersebut dapat terealisasikan. Tapi, tidak semua sekolah mempunyai fasilitas yang memadai, begitu pula dengan pengajaran bahasa Indonesia. Fasilitas yang terbatas seperti buku penunjang bagi pendalaman materi menjadi kendala utama.

Melihat fenomena di atas, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional melakukan terobosan dengan membuat kegiatan yang dinamakan Bengkel Sastra. Ada anggapan yang mengatakan bahwa kurikulum dan buku pelajaran sastra di sekolah cukup baik, tetapi keterbatasan waktu, ruang dan lingkup belajar serta minat pengajar, sering menjadi kendala serius yang menimbulkan kesan seperti yang diprihatinkan oleh penyair Taufik Ismail. Selain itu, keluhan tentang kurangnya jam pelajaran sastra Indonesia sudah tidak asing lagi di telinga kita, khususnya para pencinta dan pemerhati sastra. Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa porsi pelajaran sastra tidak sebanding dengan pelajaran bahasa. Artinya, porsi pelajaran sastra hanya sedikit dibandingkan dengan pelajaran bahasa. Akibatnya, siswa menjadi kurang mengenal karya sastra Indonesia. Para siswa juga kurang memahami bagaimana cara mengapresiasi puisi, cerpen, dan drama. Hal tersebut membuat siswa pun menjadi rabun sastra (Saptawuryandani, 2008).

Menggantikan KBK, pemerintah memberlakukan kurikulum baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan pemerintah mulai tahun 2006, melalui ketentuan Permendiknas Nomor 22, 23, dan 24. Namun tetap saja, belum ada perubahan yang signifikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah, artinya masih banyak sekolah yang melaksanakan proses KBM nyaris sama dengan KBM Kurikulum sebelumnya, meskipun KTSP sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Sosialisasi KTSP sebenarnya sudah dilaksanakan sejak diterapkanya KBK tahun 2004 sampai sekarang yang sudah menelan waktu yang lama, biaya yang mahal serta menguras energi birokrasi pendidikan dan guru yang sudah tidak terukur, sementara peningkatan kretifitas guru belum nampak. Dengan demikian, ada kesenjangan antara KTSP dengan kreatifitas guru, artinya KTSP menuntut guru kreatif sedangkan ada beberapa guru tidak atau kurang kreatif.

Berdasarkan kondisi di lapangan, pemerintah memang sudah memperhatikan bagaimana cara pengajaran bahasa Indonesia terutama sastra puisi. Melalui pergantian kurikulum 1994 menjadi KBK kemudian berlanjut menjadi KTSP, diharapkan kualitas pendidikan terus berkembang. Demikian juga program Bengkel Sastra oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional yang diharapkan membantu proses pengajaran sastra.

Solusi baru yang dapat diimplementasikan adalah pengajaran bahasa Indonesia melalui pendalaman sastra puisi. Metode tersebut diberi nama Metode 3M-3P. Metode tersebut adalah kepanjangan dari Membaca, Mengapresiasi, Menulis-Pilih, Parafrase, Praktek. Metode 3M-3P dalam tulisan ini dicoba untuk diaplikasikan pada kumpulan puisi karya Taufik Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia yang sebenarnya dapat digunakan sebagai penunjang buku ajar bahasa Indonesia.

Metode 3M-3P juga diselaraskan dengan tuntutan akan partisipasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran (pada Kurikulum Berbasis Kompetensi) serta partisipasi aktif guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terutama dalam pengajaran bahasa Indonesia. Metode ini merupakan sebuah gagasan yang dilatarbelakangi oleh kesan pengajaran bahasa Indonesia yang membosankan dan cenderung monoton. Berikut adalah penjelasan metode 3M-3P :

  1. Membaca

Membaca merupakan sebuah kegiatan untuk memahami sebuah teks yang membuat otak  berpikir untuk mendalami dan memahami isinya. Melalui kegiatan membaca ini siswa diharapkan dapat memahami materi pelajaran bahasa Indonesia dengan lebih baik. Membaca tidak berarti menghafal karena maknanya jauh berbeda. Jika menghafal kecenderungannya tidak untuk memahami tapi hanya mengingat, sedangkan mengingat belum tentu paham. Melalui membaca, pemahaman siswa terhadap materi pelajaran bahasa Indonesia akan terlatih sedikit demi sedikit.

  1. Mengapresiasi

Apresiasi adalah sebuah bentuk pemahaman yang lebih dalam berupa kepekaan perasaan seorang siswa terhadap materi yang dibaca. Mengapresiasi merupakan langkah selanjutnya setelah siswa membaca materi. Dengan mengapresiasi puisi siswa akan jauh lebih terlatih untuk memahami bahasa Indonesia karena puisi menggunakan bahasa yang padat dan memerlukan penafsiran.

  1. Menulis

Menulis berarti menuangkan gagasan yang ada di pikiran seseorang sehingga dapat dibaca dalam bentuk tulisan (visual). Metode ini menjadi ajang apresiasi ide kreatif yang memungkinkan orang lain untuk lebih memahami maksud seseorang secara lebih mendalam. Kemampuan menulis dapat dilatih dengan cara memperluas wawasan, salah satunya dengan membaca. Media untuk mengungkapkan emosional dalam bentuk tulisan puisi sekaligus sebagai upaya publikasi hasil kreatifitas seseorang.

  1. Pilih

Penentuan minat terhadap bidang tertentu sangat dipengaruhi kemampuan untuk menentukan pilihan yang tepat terhadap aneka ragam pilihan yang ada. Seseorang akan mudah tergali daya kreatifitasnya, bila ketertarikan terhadap bidang tersebut selalu diasah dan ditekuni. Dalam pelajaran bahasa Indonesia, menggunakan pilihan kata yang tepat dapat membentuk serangkaian informasi yang akurat dan semakin menarik untuk dikaji. Puisi dalam hal ini sangatlah berperan dalam memperkaya perbendaharaan kata siswa agar dapat diaplikasikan dalam kehiduannya.

  1. Parafrase

Setelah melalui tahapan memilih jenis puisi yang diminati, siswa akan tergerak untuk menafsirkan makna yang terkandung di dalam puisi tersebut. Motivasi siswa yang besar dalam menggali nilai-nilai puisi tentu memerlukan panduan dari fasilitator (guru), untuk mengarahkan siswa bila menemukan kata-kata dalam puisi yang tidak dimengerti. Oleh karena itu, wawasan dan kreatifitas guru sangat diperlukan dalam hal ini.

  1. Praktek

Pemahaman terhadap nilai-nilai kehidupan yang tertuang dalam puisi tidak akan berarti bila saja pengkajian itu tidak direfleksikan dalam kehidupan nyata. Untuk itu, langkah selanjutnya adalah tindak lanjut melalui praktek. Praktek apresiasi puisi tidak hanya membacakan puisi beserta ekspresi wajah dan peragaan bahasa tubuh yang mewakili maksud puisi tersebut di depan kelas atau perlombaan, seperti yang selama ini terjadi. Namun, diharapkan nilai-nilai puisi tertanam dalam jiwa generasi muda dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sebagai strategi dalam melestarikan budaya bangsa Indonesia agar tidak cepat tergerus arus globalisasi yang menjadi trend zaman sekarang.

Berkaitan dengan metode pengajaran bahasa Indonesia di SMA yang masih tekstual dan partisipasi siswa yang cenderung pasif, ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Misalnya, siswa hanya disuruh menghafal tanpa adanya praktek langsung untuk mendalami materi tersebut. Guru cenderung memberikan contoh yang monoton tanpa ada variasi baru yang membuat siswa berkembang dalam hal perbendaharaan kata. Hal ini disamping menyebabkan turunnya minat untuk mempelajari bahasa Indonesia serta rendahnya kompetensi siswa dalam memahami sastra. Padahal, jika dikaji dalam sastra puisi terdapat banyak nilai-nilai kehidupan yang menarik untuk digali. Sebagai contoh adalah kumpulan puisi Taufik Ismail dalam bukunya “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia”. Dengan menerapkan metode 3M-3P siswa dapat mengapresiasi karya sastra seperti puisi karya Taufik Ismail tersebut.

Nilai-nilai yang terkandung dalam kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia antara lain: (a) nilai ketuhanan yang terdapat dalam puisi Doa (hal. 84) menggambarkan permohonan ampun kepada Tuhan atas segala kelalaian yang dilakukan, Sajadah Panjang (hal. 121) menggambarkan kepatuhan dan ketundukkan seorang hamba kepada Tuhan-Nya; (b) nilai moral  pada puisi Aisyah Adinda Kita (hal. 119) merefleksikan suatu panutan yang pantas ditiru oleh generasi muda, Bersyukurlah San, Bersyukurlah (hal. 23) mengingatkan kita untuk tidak perlu tamak terhadap jabatan; (c) nilai pendidikan dapat dipetik dalam Kupu-kupu dalam Buku (hal. 167) yang menginterpretasikan pentingnya budaya baca mulai sejak dini, Pelajaran Tata Bahasa dan Mengarang (hal. 172) menceritakan kondisi nyata bahwa pendidikan di Indonesia hanya menghafal dan siswa tidak dididik untuk mengembangkan logika; (d) nilai sosial terlihat dalam puisi yang berjudul Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu (hal. 150) puisi ini menceritakan bahwa peperangan telah merenggut banyak yang tidak bersalah. Puisi Seratus Juta (hal. 5) merefleksikan kehidupan masyarakat miskin yang tidak mampu mengakses sumberdaya yang ada; dan (e) nilai kepahlawanan dapat diambil dari puisi yang berjudul Fatahillah (hal. 169) mencerminkan sebuah sikap tanpa pamrih dalam memperjuangkan wilayah yang menjadi hak warga Indonesia. Puisi kepahlawanan lainya dijumpai pada puisi yang berjudul Kembalikan Merah-Putih pada Si Toni. Didalamnya mengandung makna penanaman jiwa dan semangat nasionalisme melalui pelaksanaan upacara yang dilakukan secara rutin. Hal ini dilakukan agar generasi muda zaman sekarang tidak melupakan sejarah beserta para pahlawan yang turut memberikan sumbangsihnya bagi Indonesia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Metode 3M-3P yang artinya Membaca, Mengapresiasi, Menulis-Pilih, Parafrase,Praktek dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya untuk apresiasi  puisi sebagai salah satu karya sastra. Metode 3M-3P ini dapat diterapkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) melalui penggunaan buku penunjang Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail untuk menggali nilai-nilai yang terkandung didalamnya seperti nilai ketuhanan, moral, pendidikan, sosial, dan kepahlawanan.

Saran

Beberapa hal yang disarankan untuk mendukung pelaksanaan metode 3M-3P dalam pembelajaran bahasa Indonesia antara lain adalah proses pembelajaran bahasa Indonesia diawali dengan membaca puisi kemudian ditelaah nilai-nilai yang terkandung didalamnya; menyediakan buku tambahan di luar buku ajar bahasa Indonesia yaitu buku kumpulan puisi malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail; mencanangkan “Hari Puisi” sebulan sekali dalam Proses Belajar Mengajar di sekolah; serta menumbuhkan kesadaran siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan metode 3M-3P.


DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan.1998. Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000. Di dalam: Hasan

Alwi, dkk, Penyunting. Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000; Kongres Bahasa Indonesia VI; Hotel Indonesia; 28 Oktober-2 November 1993. Jakarta: Debdikbud. Hlm. 103-118.

Anas, Aswar.1998. Peranan Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Bangsa. Di

dalam: Hasan Alwi, dkk, Penyunting. Bahasa Indonesia Menjelang Tahun

2000; Kongres Bahasa Indonesia VI; Hotel Indonesia; 28 Oktober-2 November 1993. Jakarta: Debdikbud. Hlm. 10-16.

Depdiknas. 2006. Kumpulan Naskah Pemenang Lomba Penelitian Ilmiah Remaja.

Depdiknas. Jakarta.

Effendi, S. 2007. Sikap Wajar Memandang Hari Depan Bahasa Indonesia.

Jakarta; Pusat Bahasa.

Kartasasmita, Ginandjar.1998. Bahasa Indonesia dalam Perencanaan

Pembangunan. Di dalam: Hasan Alwi, dkk, Penyunting. Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000; Kongres Bahasa Indonesia VI; Hotel Indonesia; 28 Oktober-2 November 1993. Jakarta: Debdikbud. Hlm. 17-25.

Kuntowijoyo. 2004. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia. Jakarta Timur; Yayasan

Indonesia.

Saptawuryandari, Nurweni. 2008. Bengkel Sastra sebagai Alternatif Pengajaran Satra.

Konferensi Internasional Kesusastraan XIX / HISKI; Batu; 12-14 Agustus 2008. Jakarta: Pusat Bahasa.Hal. 9 dari 13.

Sevilla, G. Consuelo, et all. 1993. Pengantar Metode Penelitian, Penerjemah.

Jakarta: Alimuddin Tuwu. Terjemahan dari: An Introduction to Research

Methods.

Sutedjo dan Kasnadi. 2008. Menulis Kreatif; Kiat Cepat Menulis Puisi dan

Cerpen. Yogyakarta; Nadi Pustaka.

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI APRESIASI PUISI

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIK ISMAIL DENGAN METODE 3M-3P

Diusulkan Oleh:

Turasih                               I34070004 (2007)

Anies Wahyu N                  I34070020 (2007)

Yunita Purbo A                 I34070024 (2007)

Bidang :

PKM-GT

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


HALAMAN PENGESAHAN

  1. 1.   Judul Kegiatan                     :     PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI APRESIASI PUISI MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA KARYA TAUFIK ISMAIL DENGAN METODE 3M-3P

  1. 2.   Bidang Kegiatan                  :     ( ) PKMP-AI         (√) PKM-GT

3.   Pelaksana Kegiatan

  1. a. Nama Lengkap                 :      Turasih
  2. b. NIM                                 :      I34070004
  3. c. Departemen                      :      Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
  4. d. Institut                             :      Institut Pertanian Bogor
  5. e. Alamat Rumah/HP           :      Desa Pagentan RT 03 RW 03 Kecamatan Pagentan Banjarnegara JawaTengah 53455
  6. f. Alamat e-mail                   :     turasih@yahoo.co.id
  7. 4.   Anggota Pelaksana              :     2 orang
  8. Dosen Pendamping
  9. a. Nama Lengkap dan Gelar      :  Megawati Simanjuntak, SP
  10. b. NIP                                  :     132 311 727
  11. c. Alamat Rumah/HP           :     Jalan Anggrek Blok C No. 31 Komplek IPB Sinarsari Dramaga Bogor/081310870695

Bogor, 3 April 2009

Menyetujui

Ketua Departemen Sains Komunikasi               Ketua Pelaksana Kegiatan

dan Pengembangan Masyarakat

  1. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS                        Turasih
  2. NIP. 131 284 865                                              NIM. I34070004

Wakil Rektor Bidang Akademik dan                Dosen Pembimbing

Kemahasiswaan,

  1. Prof. Dr.Ir. Yonny Koesmaryono, MS              Megawati Simanjuntak, SP
  2. NIP. 131 473 999                                              NIP. 132 311 727


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan ini tanpa halangan yang berarti.

Penulisan yang berjudul Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Apresiasi Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufik Ismail dengan Metode 3M-3P ditulis dalam rangka mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2009.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Megawati Simanjuntak, S. P selaku dosen pembimbing kami, yang dengan sabar dan teliti menggali, membimbing, dan membina tanpa lelah atas terselesaikannya penulisan ini serta berbagai pihak yang turut memberi dukungan baik moral maupun spiritual.

Penulis berharap, mudah-mudahan penulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi penulis sendiri. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam tulisan ini. Untuk itu, berbagai kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya penulisan ini sangat diharapkan.

Bogor, 3 April 2009

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN.. i

KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI. iii

DAFTAR LAMPIRAN.. iv

RINGKASAN.. v

PENDAHULUAN.. 1

Latar Belakang Masalah. 1

Perumusan Masalah. 2

Tujuan. 2

Manfaat 2

TINJAUAN PUSTAKA.. 3

Bahasa Indonesia. 3

Apresiasi Puisi 4

METODE PENULISAN.. 6

Prosedur Pengumpulan Data. 6

Pengolahan Data. 6

Teknik Analisis. 6

ANALISIS DAN SINTESIS. 7

KESIMPULAN DAN SARAN.. 14

Kesimpulan. 14

Saran. 14

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Daftar Riwayat Hidup
  2. Daftar Judul Puisi Dalam Buku Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufik Ismail


RINGKASAN

Pengajaran bahasa Indonesia yang cenderung monoton dan dianggap kurang menarik oleh siswa. Kondisi ini memerlukan pembenahan untuk mengubah paradigma yang sudah melekat di benak siswa sampai saat ini. Hal yang  melatarbelakanginya ialah para petinggi pendidikan hanya berfokus pada ketercapaian tujuan dari kurikulum yang sedang diterapkan, mulai krikulum 1994, KBK , dan terakhir KTSP hingga saaat ini. Adanya tuntutan pada setiap sekolah untuk mengejar target kelulusan siswanya pada bidang studi Bahasa Indonesia membuat proses pembelajaran Bahasa Indonesia hanya menyentuh kulit luarnya saja, kurang mengkaji lebih dalam apalagi menghayati untuk diterapkan di kehidupan nyata para siswanya. Melalui pembelajaran bidang studi Bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu menikmati dan  memanfaatkan  karya  sastra puisi untuk  mengembangkan  kepribadian, memperluas  wawasan  kehidupan,  serta  meningkatkan  pengetahuan  dan keterampilan  berbahasa,  juga  diharapkan  siswa  dapat  menghargai  dan membanggakan  sastra  Indonesia  sebagai  khazanah  budaya  dan  intelektual manusia Indonesia. Khususnya di bidang karya sastra puisi yang masih kurang diminati oleh siswa.

Menanggapi fenomena ini dituliskan sebuah gagasan menggunakan metode studi pustaka dilanjutkan dengan pengolahan data berupa analisis masalah tentang puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik kualitatif. Kemudian ditawarkan sebuah metode pembelajaran bahasa Indonesia bernama 3M-3P. Metode tersebut kepanjangan dari Membaca, Mengapresiasi, Menulis-Pilih, Parafrase, Praktek. Metode 3M-3P berkonsentrasi pada pembahasan kumpulan puisi karya Taufik Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia sebagai penunjang buku ajar bahasa Indonesia. Mengkaji puisi melalui metode ini diawali dengan proses membaca, untuk mengetahui isi secara keseluruhan puisi tersebut. Dilanjutkan dengan mengapresiasi yaitu  menerka intisari yang ingin disampaikan pengarangnya, kemudian memvisualkan penafsiran dari puisi tersebut dalam bentuk tulisan sekaligus hal ini dapat dijadikan sebagai media publikasi ide kreatif siswa dalam bentuk puisi. Di sisi lain untuk memantapkan kajian puisi sesuai bidang masing-masing siswa, diharapkan siswa mampu memilih jenis puisi yang tepat untuk dikaji lebih mendalam, dimengerti , dan ujungnya siswa mampu merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam puisi tersebut dalam kehidupan nyata.

Beberapa hal yang disarankan untuk mendukung pelaksanaan metode 3M-3P dalam pembelajaran bahasa Indonesia antara lain: Proses pembelajaran bahasa Indonesia diawali dengan membaca puisi kemudian ditelaah nilai-nilai yang terkandung dalamnya; menyediakan buku tambahan di luar buku ajar bahasa Indonesia yaitu buku kumpulan puisi malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail; mencanangkan “Hari Puisi” sebulan sekali dalam Proses Belajar Mengajar di sekolah; menumbuhkan kesadaran siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan metode 3M-3P. Sasaran metode pembelajaran ini ditujukan pada siswa SMA yang labil akan perkembangan zaman sekaligus sebagai generasi muda yang harus mengemban amanah melestarikan budaya bangsa sebagai identitas bangsa di mata dunia.

Kata kunci: Bahasa Indonesia, Metode Pembelajaran 3M-3P,  Puisi.


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Arus globalisasi dan keterbukaan serta kemajuan dunia informasi dan komunikasi menjadi tantangan bagi perkembangan generasi muda. Selektivitas terhadap budaya asing sangat diperlukan dan sangat penting demi keberlanjutan bangsa. Masalahnya, di era globalisasi sekarang, ketertarikan generasi muda terhadap karya sastra anak bangsa yang menjadi kekayaan bangsa sendiri sudah mulai memudar dan mulai ditinggalkan. Padahal kepribadian bangsa yang menunjukkan jati diri bangsa Indonesia salah satunya terletak pada karya-karya anak bangsa.

Jati diri bahasa Indonesia memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana, tata bahasanya mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit. Kesederhanaan dan ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa asing ketika mempelajari bahasa Indonesia. Setiap bangsa asing yang mempelajari bahasa Indonesia dapat menguasai dalam waktu yang cukup singkat. Bahasa Indonesia telah membuktikan diri dapat dipergunakan untuk menyampaikan pikiran-pikiran yang rumit dalam ilmu pengetahuan dengan jernih, jelas, teratur, dan tepat. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di tengah-tengah pergaulan antarbangsa pada era globalisasi ini. Bahasa Indonesia merupakan salah satu unsur dari kebudayaan sekaligus sebagai alat mengkomunikasikan unsur-unsur kebudayaan (Anas, 2000).

Puisi adalah suatu bentuk seni yang menggunakan kekuatan dan keindahan bahasa dan mengandalkan kualitasnya untuk menciptakan interpretasi yang beragam bagi tiap orang. Puisi adalah salah satu karya sastra tertua dalam sejarah manusia. Syair-syair mitologi Yunani, kitab-kitab kebijaksanaan Tao dan Konfusius, atau tradisi sastra lokal seperti pantun, gurindam, seloka, dan sebagainya, semuanya disajikan dalam syair-syair yang indah. Dalam kata-kata puisi terekam peristiwa-peristiwa yang mengilhami penyairnya sehingga kita dapat ikut melihat isi pikiran penyair dan merasakan apa yang ia alami. Melalui puisi kita dapat melacak sejarah hidup seorang penyair bahkan sejarah suatu bangsa. Pembelajaran puisi dapat dilakukan dengan berbagai metode apresiasi, namun yang dirasakan sampai saat ini masih belum berhasil menanamkan kecintaan siswa terhadap jenis karya sastra ini. Untuk itu perlu dicari alternatif metode pembelajaran baru yang lebih diharapkan akan lebih meningkatkan kemampuan siswa khususnya siswa SMA dalam mengapresiasi puisi dalam pelajaran bahasa Indonesia.

Perumusan Masalah

  1. Bagaimana penerapan metode 3M-3P dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kreativitas dan menambah perbendaharaan kosakata bagi pelajar SMA?
  2. Nilai apa saja yang terkandung dalam puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail untuk meningkatkan kecintaan siswa terhadap Bahasa Indonesia bagi pelajar SMA?

Tujuan

Mengkaji alternatif metode pembelajaran Bahasa Indonesia melalui apresiasi puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail dengan metode 3M-3P untuk meningkatkan kecintaan siswa terhadap Bahasa Indonesia.

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari karya tulis ini bagi pihak pemerintah adalah sebagai bahan pertimbangan pelestarian dan edukasi kebudayaan lokal. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan intelektual dan emosional siswa SMA dalam pengembangan minat dan bakat. Bagi masyarakat dapat menjadi gambaran harapan mengenai pentingnya karya sastra khususnya puisi sebagai penguat identitas bahasa Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu, bahasa tersebut diangkat menjadi bahasa persatuan karena sudah lama menjadi lingua franca di Asia Tenggara. Jika dilihat dari kurun waktu yang telah dilaluinya hingga saat ini, Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan telah berusia 81 tahun dan sebagai bahasa negara berusia 64 tahun. Bahasa Indonesia menanggung beban yang berat karena dituntut untuk tetap menjadi sarana komunikasi yang mantap dalam berbagai bidang kehidupan. (Alwi, 1998) menambahkan bahwa pada dasarnya peran atau fungsi Bahasa Indonesia dari waktu ke waktu boleh dikatakan tidak mengalami perubahan. Artinya rincian Bahasa Indonesia boleh dikatakan berlaku sepanjang masa selama Bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Perkembangan Bahasa Indonesia dari sisi tuntutan gejolak keperluan zaman sangat dipengaruhi oleh lingkungan perkembangan masyarakat, politik, ekonomi, sosial, budaya, serta kemajuan ilmu dan teknologi yang berlangsung di sekelilingnya.

Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat menentukan dalam perkembangan kehidupan bangsa Indonesia. Dalam masa perjuangan kemerdekaan, bahasa Indonesia telah berhasil membangkitkan dan menggalang semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam “mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan”, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Kenyataan sejarah itu berarti itu berarti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan telah berfungsi secara efektif sebagai alat komunikasi antarsuku, antardaerah, dan bahkan antarbudaya. Dalam peranannya tersebut, bahasa Indonesia tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi dalam penyelenggaraan kehidupan negara dan pemerintahan, tetapi juga sebagai bahasa pengantar pada semua jenis dan jenjang pendidikan, sebagai sarana pemanfaatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagai sarana pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional (Alwi, 1998).

Apresiasi Puisi

Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang berarti “membuat” atau poeisis yang berarti “pembuatan”. Dalam bahasa Inggris disebut dengan poem atau poetry. Puisi berarti pembuatan, karena dengan menulis puisi berarti telah menciptakan sebuah dunia. Di dalam puisi biasanya juga mengandung beberapa unsur ekstrinsik berikut (1) aspek pendidikan, (2) aspek sosial budaya, (3) aspek sosial masyarakat, (4) aspek politik, (5) aspek ekonomi, (6) aspek adat; dan seterusnya.

Menurut Hudson dalam Kasnadi dan Sutedjo (2008), puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai medium penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Dengan demikian, sebenarnya, puisi merupakan ungkapan batin dan pikiran penyair dalam menciptakan sebuah dunia berdasarkan pengalaman batin yang digelutinya. Di lain sisi, Herman J Waluyo (1991) dalam Kasnadi dan Sutedjo (2008) mengungkapkan bahwa hakikat puisi adalah sebuah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengosentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

Berdasar kedua pengertian tersebut, maka pengertian puisi menyiratkan beberapa hal penting yaitu:

  1. Puisi merupakan ungkapan pemikiran, gagasan ide, dan ekspresi penyairnya.
  2. Bahasa puisi bersifat konotatif, simbolis, dan lambing karena itu penuh dengan imajinasi, metafora, kias, dengan bahasa figuratif yang estetis.
  3. Penyusunan larik-larik puisi memanfaatkan pertimbangan bunyi dan rima semaksimalnya.
  4. Dalam penyusunan puisi terjadi pemadatan kata dengan berbagai bentuk kekuatan bahasa yang ada.
  5. Sedang unsur pembangunan puisi yang mencakup unsur batin dan lahir puisi membangun kekuatan yang padu.

Berhubungan dengan  puisi, menurut Effendi (1970) apresiasi puisi adalah suatu proses memekanya kekritisan dan perasaan seseorang karena banyak bergaul dengan dunia puisi. Kepekaan atau sensitivitas yang tercapai akan melahirkan cita rasa atau feeling, suatu kemampuan yang kongkrit sebagai perilaku mengerti dan menghargai kehidupan puisi dengan penuh kesadaran dan perasaan mulia: orang itu senang dan sering membaca puisi, membicarakan puisi, suka mengatakan puisi ini menarik dan itu tidak menarik, menghadiri pembacaan puisi, senang menerima pendapat orang lain dengan kritis dan rendah hati, dan berbagai perilaku konkret lainnya.


METODE PENULISAN

Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui telaah pustaka. Pengumpulan data dalam penulisan ini adalah studi kepustakaan dengan cara mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi sumber bacaan, buku-buku referensi baik dari jurnal maupun media elektronik.

Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan analisis terhadap masalah yang dikaji berdasarkan data dan fakta yang ada serta solusi masalahnya. Penyusunan dilakukan dengan komprehensif, runtut, dan tajam.

Teknik Analisis

Setelah data terkumpul dengan teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan, secara umum analisis itu dapat dilakukan dengan cara analisis kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan pengecekkan data kemudian melakukan uraian dan penafsiran.


ANALISIS DAN SINTESIS

Analisis

Sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan, bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting. Oleh sebab itu posisinya  di dunia pendidikan juga menjadi utama. Di berbagai jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai tingkat menengah, bahasa Indonesia merupakan sebuah mata pelajaran wajib bagi siswa-siswanya. Demikian pula di perguruan tinggi dijadikan sebagai mata kuliah dasar umum. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya bahasa Indonesia sehingga perlu dipelajari mulai dari tingkat dasar, menengah hingga tinggi. Namun faktanya, pengajaran bahasa  Indonesia di berbagai  jenjang tersebut sebenarnya mempunyai kecenderungan yang sama dalam  hal materi yang diajarkan. Di sekolah dasar, siswa diajari tentang tata bahasa, kalimat, mengarang, puisi, dan sebagainya. Pada waktu mereka meneruskan pendidikan  ke tingkat  menengah pertama dan menengah atas bahkan perguruan tinggi materi yang diajarkan pun sebenarnya “itu-itu saja”. Hanya saja, bahasa penyampaiannya jauh lebih sulit dibandingkan ketika diajarkan di tingkat dasar. Apalagi jika siswa belajar mengenai sastra, metode hanya diarahkan untuk menghafal nama-nama sastrawan dan periode perkembangannya tanpa praktek di kehidupan nyata untuk mengapresiasi.

Persoalan yang timbul adalah kesamaan materi yang diajarkan serta metode yang menyebabkan kebosanan dan keengganan untuk belajar bahasa Indonesia dengan baik. Padahal, mengingat kepentingan bahasa sebagai identitas bangsa sebenarnya sangat berkaitan dengan keberlangsungan suatu negara. Mengingat target pengajaran bahasa Indonesia adalah siswa yang dapat disebut sebagai generasi muda, maka metode pengajarannya pun harus diciptakan supaya kondusif  dan menarik sehingga mereka dapat menikmati dan mudah menyerap materi yang disampaikan. Berdasarkan kajian pusat bahasa, banyak pengamat yang menilai bahwa pengajaran sastra di sekolah selama ini masih monoton, tidak menarik, bahkan membosankan. Siswa selama ini kurang diajak untuk lebih mendalami nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra seperti puisi yang merupakan karya sastra tertua dalam sejarah. Di sisi lain banyak pelajaran yang bisa diambil dari nilai-nilai yang terkandung dalam puisi sebagai pijakan tingkah laku. Jika substansi puisi tersebut bisa diserap maknanya, hal ini akan mendukung peningkatan kecerdasan emosional.

  1. Selanjutnya,  standar  kompetensi  untuk  setiap  tingkat  dijabarkan dalam subaspek mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Ironisnya, siswa  belum  diajak  untuk  mengapresiasi teks-teks  sastra  yang  sesungguhnya. Sekedar  menghafalkan nama-nama sastrawan berikut  hasil karyanya. Dengan kata  lain,  pengajaran  sastra  yang  diajarkan  barulah  kulit  luarnya  saja sehingga peserta didik gagal menikmati  lezatnya isi dan aroma kandungan nilai  dalam karya sastra. Kondisi  pengajaran sastra yang semacam ini  tidak saja  memprihatinkan,  tetapi  juga  menjadi  kurang  menarik   dan  kurang mencerdaskan emosional dan spiritual siswa. Ada anggapan yang mengatakan bahwa kurikulum dan buku pelajaran sastra di sekolah cukup baik, tetapi keterbatasan waktu, ruang dan lingkup belajar  serta  minat  pengajar,  sering  menjadi  kendala  serius  yang menimbulkan  kesan  seperti  yang  diprihatinkan  oleh  penyair  Taufik  Ismail.

Keluhan tentang kurangnya jam pelajaran sastra Indonesia sudah tidak asing  lagi  di  telinga  kita,  khususnya  para  pencinta  dan  pemerhati  sastra. Selain  itu,  ada  juga  yang  mengatakan  bahwa porsi  pelajaran  sastra tidak sebanding  dengan  pelajaran  bahasa.  Artinya,  porsi  pelajaran  sastra hanya sedikit  dibandingkan  dengan  pelajaran  bahasa.  Akibatnya,  siswa  menjadi kurang  mengenal  karya  sastra  Indonesia.  Mereka (siswa)  juga  kurang memahami  bagaimana  mengapresiasi   puisi,  cerpen,  dan  drama.  Siswa  pun menjadi rabun sastra dan kurang tertarik terhadap bahasa Indonesia. Padahal jika boleh dikatakan, puisi merupakan sebuah karya sastra yang menjadi ruh bahasa Indonesia. Keindahan bahasa Indonesia bisa dinikmati melalui puisi.

Untuk  pengajaran  sastra  di  sekolah  menengah  atas  digunakan kurikulum  Berbasis  Kompetensi  yang  mulai  digunakan  pada  tahun  ajaran 2004/2005. Tujuan pembelajaran sastra di sekolah menengah umum (SMU) dan madrasah aliyah (MA) adalah selain siswa diharapkan mampu menikmati dan  memanfaatkan  karya  sastra puisi untuk  mengembangkan  kepribadian, memperluas  wawasan  kehidupan,  serta  meningkatkan  pengetahuan  dan keterampilan  berbahasa,  juga  diharapkan  siswa  dapat  menghargai  dan membanggakan  sastra  Indonesia  sebagai  khazanah  budaya  dan  intelektual manusia Indonesia.

Sintesis

Kurikulum pendidikan yang dicanangkan oleh Dinas Pendidikan Nasional untuk jangka waktu lima tahun terakhir adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Saat kurikulum tersebut dijalankan, metode pengajaran yang ditawarkan adalah partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar, termasuk pelajaran bahasa Indonesia. Namun kenyataannya, program tersebut masih kurang berhasil. Hal ini disebabkan, baik siswa maupun guru masih terbiasa dengan kurikulum 1994 dimana keberhasilan siswa diukur dari keberhasilan guru dalam mengajar serta tingginya hasil ujian yang diperoleh. Hal tersebut bertolak belakang dengan tujuan KBK yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1994. Memang di beberapa sekolah yang ditunjang dengan fasilitas serta teknologi yang lengkap kurikulum tersebut dapat terealisasikan. Tapi, tidak semua sekolah mempunyai fasilitas yang memadai, begitu pula dengan pengajaran bahasa Indonesia. Fasilitas yang terbatas seperti buku penunjang bagi pendalaman materi menjadi kendala utama.

Melihat fenomena di atas, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional melakukan terobosan dengan membuat kegiatan yang dinamakan Bengkel Sastra. Ada anggapan yang mengatakan bahwa kurikulum dan buku pelajaran sastra di sekolah cukup baik, tetapi keterbatasan waktu, ruang dan lingkup belajar serta minat pengajar, sering menjadi kendala serius yang menimbulkan kesan seperti yang diprihatinkan oleh penyair Taufik Ismail. Selain itu, keluhan tentang kurangnya jam pelajaran sastra Indonesia sudah tidak asing lagi di telinga kita, khususnya para pencinta dan pemerhati sastra. Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa porsi pelajaran sastra tidak sebanding dengan pelajaran bahasa. Artinya, porsi pelajaran sastra hanya sedikit dibandingkan dengan pelajaran bahasa. Akibatnya, siswa menjadi kurang mengenal karya sastra Indonesia. Para siswa juga kurang memahami bagaimana cara mengapresiasi puisi, cerpen, dan drama. Hal tersebut membuat siswa pun menjadi rabun sastra (Saptawuryandani, 2008).

Menggantikan KBK, pemerintah memberlakukan kurikulum baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan pemerintah mulai tahun 2006, melalui ketentuan Permendiknas Nomor 22, 23, dan 24. Namun tetap saja, belum ada perubahan yang signifikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah, artinya masih banyak sekolah yang melaksanakan proses KBM nyaris sama dengan KBM Kurikulum sebelumnya, meskipun KTSP sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Sosialisasi KTSP sebenarnya sudah dilaksanakan sejak diterapkanya KBK tahun 2004 sampai sekarang yang sudah menelan waktu yang lama, biaya yang mahal serta menguras energi birokrasi pendidikan dan guru yang sudah tidak terukur, sementara peningkatan kretifitas guru belum nampak. Dengan demikian, ada kesenjangan antara KTSP dengan kreatifitas guru, artinya KTSP menuntut guru kreatif sedangkan ada beberapa guru tidak atau kurang kreatif.

Berdasarkan kondisi di lapangan, pemerintah memang sudah memperhatikan bagaimana cara pengajaran bahasa Indonesia terutama sastra puisi. Melalui pergantian kurikulum 1994 menjadi KBK kemudian berlanjut menjadi KTSP, diharapkan kualitas pendidikan terus berkembang. Demikian juga program Bengkel Sastra oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional yang diharapkan membantu proses pengajaran sastra.

Solusi baru yang dapat diimplementasikan adalah pengajaran bahasa Indonesia melalui pendalaman sastra puisi. Metode tersebut diberi nama Metode 3M-3P. Metode tersebut adalah kepanjangan dari Membaca, Mengapresiasi, Menulis-Pilih, Parafrase, Praktek. Metode 3M-3P dalam tulisan ini dicoba untuk diaplikasikan pada kumpulan puisi karya Taufik Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia yang sebenarnya dapat digunakan sebagai penunjang buku ajar bahasa Indonesia.

Metode 3M-3P juga diselaraskan dengan tuntutan akan partisipasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran (pada Kurikulum Berbasis Kompetensi) serta partisipasi aktif guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terutama dalam pengajaran bahasa Indonesia. Metode ini merupakan sebuah gagasan yang dilatarbelakangi oleh kesan pengajaran bahasa Indonesia yang membosankan dan cenderung monoton. Berikut adalah penjelasan metode 3M-3P :

  1. Membaca

Membaca merupakan sebuah kegiatan untuk memahami sebuah teks yang membuat otak  berpikir untuk mendalami dan memahami isinya. Melalui kegiatan membaca ini siswa diharapkan dapat memahami materi pelajaran bahasa Indonesia dengan lebih baik. Membaca tidak berarti menghafal karena maknanya jauh berbeda. Jika menghafal kecenderungannya tidak untuk memahami tapi hanya mengingat, sedangkan mengingat belum tentu paham. Melalui membaca, pemahaman siswa terhadap materi pelajaran bahasa Indonesia akan terlatih sedikit demi sedikit.

  1. Mengapresiasi

Apresiasi adalah sebuah bentuk pemahaman yang lebih dalam berupa kepekaan perasaan seorang siswa terhadap materi yang dibaca. Mengapresiasi merupakan langkah selanjutnya setelah siswa membaca materi. Dengan mengapresiasi puisi siswa akan jauh lebih terlatih untuk memahami bahasa Indonesia karena puisi menggunakan bahasa yang padat dan memerlukan penafsiran.

  1. Menulis

Menulis berarti menuangkan gagasan yang ada di pikiran seseorang sehingga dapat dibaca dalam bentuk tulisan (visual). Metode ini menjadi ajang apresiasi ide kreatif yang memungkinkan orang lain untuk lebih memahami maksud seseorang secara lebih mendalam. Kemampuan menulis dapat dilatih dengan cara memperluas wawasan, salah satunya dengan membaca. Media untuk mengungkapkan emosional dalam bentuk tulisan puisi sekaligus sebagai upaya publikasi hasil kreatifitas seseorang.

  1. Pilih

Penentuan minat terhadap bidang tertentu sangat dipengaruhi kemampuan untuk menentukan pilihan yang tepat terhadap aneka ragam pilihan yang ada. Seseorang akan mudah tergali daya kreatifitasnya, bila ketertarikan terhadap bidang tersebut selalu diasah dan ditekuni. Dalam pelajaran bahasa Indonesia, menggunakan pilihan kata yang tepat dapat membentuk serangkaian informasi yang akurat dan semakin menarik untuk dikaji. Puisi dalam hal ini sangatlah berperan dalam memperkaya perbendaharaan kata siswa agar dapat diaplikasikan dalam kehiduannya.

  1. Parafrase

Setelah melalui tahapan memilih jenis puisi yang diminati, siswa akan tergerak untuk menafsirkan makna yang terkandung di dalam puisi tersebut. Motivasi siswa yang besar dalam menggali nilai-nilai puisi tentu memerlukan panduan dari fasilitator (guru), untuk mengarahkan siswa bila menemukan kata-kata dalam puisi yang tidak dimengerti. Oleh karena itu, wawasan dan kreatifitas guru sangat diperlukan dalam hal ini.

  1. Praktek

Pemahaman terhadap nilai-nilai kehidupan yang tertuang dalam puisi tidak akan berarti bila saja pengkajian itu tidak direfleksikan dalam kehidupan nyata. Untuk itu, langkah selanjutnya adalah tindak lanjut melalui praktek. Praktek apresiasi puisi tidak hanya membacakan puisi beserta ekspresi wajah dan peragaan bahasa tubuh yang mewakili maksud puisi tersebut di depan kelas atau perlombaan, seperti yang selama ini terjadi. Namun, diharapkan nilai-nilai puisi tertanam dalam jiwa generasi muda dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sebagai strategi dalam melestarikan budaya bangsa Indonesia agar tidak cepat tergerus arus globalisasi yang menjadi trend zaman sekarang.

Berkaitan dengan metode pengajaran bahasa Indonesia di SMA yang masih tekstual dan partisipasi siswa yang cenderung pasif, ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Misalnya, siswa hanya disuruh menghafal tanpa adanya praktek langsung untuk mendalami materi tersebut. Guru cenderung memberikan contoh yang monoton tanpa ada variasi baru yang membuat siswa berkembang dalam hal perbendaharaan kata. Hal ini disamping menyebabkan turunnya minat untuk mempelajari bahasa Indonesia serta rendahnya kompetensi siswa dalam memahami sastra. Padahal, jika dikaji dalam sastra puisi terdapat banyak nilai-nilai kehidupan yang menarik untuk digali. Sebagai contoh adalah kumpulan puisi Taufik Ismail dalam bukunya “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia”. Dengan menerapkan metode 3M-3P siswa dapat mengapresiasi karya sastra seperti puisi karya Taufik Ismail tersebut.

Nilai-nilai yang terkandung dalam kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia antara lain: (a) nilai ketuhanan yang terdapat dalam puisi Doa (hal. 84) menggambarkan permohonan ampun kepada Tuhan atas segala kelalaian yang dilakukan, Sajadah Panjang (hal. 121) menggambarkan kepatuhan dan ketundukkan seorang hamba kepada Tuhan-Nya; (b) nilai moral  pada puisi Aisyah Adinda Kita (hal. 119) merefleksikan suatu panutan yang pantas ditiru oleh generasi muda, Bersyukurlah San, Bersyukurlah (hal. 23) mengingatkan kita untuk tidak perlu tamak terhadap jabatan; (c) nilai pendidikan dapat dipetik dalam Kupu-kupu dalam Buku (hal. 167) yang menginterpretasikan pentingnya budaya baca mulai sejak dini, Pelajaran Tata Bahasa dan Mengarang (hal. 172) menceritakan kondisi nyata bahwa pendidikan di Indonesia hanya menghafal dan siswa tidak dididik untuk mengembangkan logika; (d) nilai sosial terlihat dalam puisi yang berjudul Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu (hal. 150) puisi ini menceritakan bahwa peperangan telah merenggut banyak yang tidak bersalah. Puisi Seratus Juta (hal. 5) merefleksikan kehidupan masyarakat miskin yang tidak mampu mengakses sumberdaya yang ada; dan (e) nilai kepahlawanan dapat diambil dari puisi yang berjudul Fatahillah (hal. 169) mencerminkan sebuah sikap tanpa pamrih dalam memperjuangkan wilayah yang menjadi hak warga Indonesia. Puisi kepahlawanan lainya dijumpai pada puisi yang berjudul Kembalikan Merah-Putih pada Si Toni. Didalamnya mengandung makna penanaman jiwa dan semangat nasionalisme melalui pelaksanaan upacara yang dilakukan secara rutin. Hal ini dilakukan agar generasi muda zaman sekarang tidak melupakan sejarah beserta para pahlawan yang turut memberikan sumbangsihnya bagi Indonesia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Metode 3M-3P yang artinya Membaca, Mengapresiasi, Menulis-Pilih, Parafrase,Praktek dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya untuk apresiasi  puisi sebagai salah satu karya sastra. Metode 3M-3P ini dapat diterapkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) melalui penggunaan buku penunjang Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail untuk menggali nilai-nilai yang terkandung didalamnya seperti nilai ketuhanan, moral, pendidikan, sosial, dan kepahlawanan.

Saran

Beberapa hal yang disarankan untuk mendukung pelaksanaan metode 3M-3P dalam pembelajaran bahasa Indonesia antara lain adalah proses pembelajaran bahasa Indonesia diawali dengan membaca puisi kemudian ditelaah nilai-nilai yang terkandung didalamnya; menyediakan buku tambahan di luar buku ajar bahasa Indonesia yaitu buku kumpulan puisi malu (Aku) Jadi Orang Indonesia karya Taufik Ismail; mencanangkan “Hari Puisi” sebulan sekali dalam Proses Belajar Mengajar di sekolah; serta menumbuhkan kesadaran siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan metode 3M-3P.


DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan.1998. Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000. Di dalam: Hasan

Alwi, dkk, Penyunting. Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000; Kongres Bahasa Indonesia VI; Hotel Indonesia; 28 Oktober-2 November 1993. Jakarta: Debdikbud. Hlm. 103-118.

Anas, Aswar.1998. Peranan Bahasa Indonesia dalam Pembangunan Bangsa. Di

dalam: Hasan Alwi, dkk, Penyunting. Bahasa Indonesia Menjelang Tahun

2000; Kongres Bahasa Indonesia VI; Hotel Indonesia; 28 Oktober-2 November 1993. Jakarta: Debdikbud. Hlm. 10-16.

Depdiknas. 2006. Kumpulan Naskah Pemenang Lomba Penelitian Ilmiah Remaja.

Depdiknas. Jakarta.

Effendi, S. 2007. Sikap Wajar Memandang Hari Depan Bahasa Indonesia.

Jakarta; Pusat Bahasa.

Kartasasmita, Ginandjar.1998. Bahasa Indonesia dalam Perencanaan

Pembangunan. Di dalam: Hasan Alwi, dkk, Penyunting. Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000; Kongres Bahasa Indonesia VI; Hotel Indonesia; 28 Oktober-2 November 1993. Jakarta: Debdikbud. Hlm. 17-25.

Kuntowijoyo. 2004. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia. Jakarta Timur; Yayasan

Indonesia.

Saptawuryandari, Nurweni. 2008. Bengkel Sastra sebagai Alternatif Pengajaran Satra.

Konferensi Internasional Kesusastraan XIX / HISKI; Batu; 12-14 Agustus 2008. Jakarta: Pusat Bahasa.Hal. 9 dari 13.

Sevilla, G. Consuelo, et all. 1993. Pengantar Metode Penelitian, Penerjemah.

Jakarta: Alimuddin Tuwu. Terjemahan dari: An Introduction to Research

Methods.

Sutedjo dan Kasnadi. 2008. Menulis Kreatif; Kiat Cepat Menulis Puisi dan

Cerpen. Yogyakarta; Nadi Pustaka.